Sabtu, 25 April 2015

Beberapa bulan yang lalu aku dipinang oleh seorang laki-laki. Mungkin dia lah satu2nya yang bisa menerima diriku apa adanya. Terpaut umur yang cukup jauh membuatku merasa nyaman saat didekatnya. Usia perkawinan kami masih terlalu dini. Satu sisi lain kami masih banyak hal yang harus disegerakan. Tedengar kabar mertuaku di timpa musibah. Kami yang baru seumur jagung dihadapkan masalah yang cukup rumit.. Suamiku menangis, ia berkata kita baru memulai hidup baru mengapa sudah diberikan ujian seperti ini. Lalu dengan senyum aku menjawab, disinilah pah kita mengasah semuanya disinilah kita baru memulai hidup seperti inilah memang yang akan di hadapi oleh setiap pasangan dalam memulai hidup barunya. Sekarang tinggal bagaimana kita meyikapinya dengan lapang dada. Bagaimana mungkin aku bisa menahan air mata ini sedang suamiku tampk begitu sedih. Kami pun melanjutkan hidup. Saat aku menyadari bahwasanya segala yang aku punya ini hanyalah miliknya. Bahwasanya semua hidup mati dan rezeqyku sudahlah dituliskan olehnya. Mulailah aku mendekatkan diriku pada yang kuasa. Aku mulai merasakannya. Kesetiaannya kepadaku serta pintu maaf yang slalu ada untukku. Ia tidak pernah meninggalkanku saat masa2 tersulitku. Disanalah aku sadar bahwasanya hanyalah ALLAH swt teman sejatiku sahabat setiaku. Ia slalu mengabulkan doa2ku Ia berikan yang terbaik untuk hidupku. Sejak saat itu aku berpikir untuk menjadi ahli ibadah. Keluargakupun saat ini bahagia. Kami lebih banyak bersyukur dan rezeqy kamipun berlimpah.